Apa itu teks editorial dan bagaimana strukturnya? Simak pengertian, ciri kebahasaan, struktur, jenis, dan contoh teks editorial berikut ini.
—
Apa Itu Teks Editorial?
Teks editorial disebut juga dengan tajuk rencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tajuk rencana adalah karangan pokok dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya. Berbeda dengan teks berita yang berisi liputan dari suatu peristiwa, tajuk rencana berisi pendapat atau pandangan terhadap suatu isu aktual. Supaya kamu lebih paham dengan teks editorial atau tajuk rencana, simak pengertian teks editorial menurut para ahli berikut ini.
Pengertian Teks Editorial atau Tajuk Rencana
Teori mengenai apa itu teks editorial ada berbagai macam. Berikut akan dibahas pengertian teks editorial menurut para ahli.
Pengertian Teks Editorial Menurut Dja’far H. Assegaf
Assegaf (via Syamsul, 2005, 89) menyatakan bahwa teks editorial merupakan mahkota surat kabar atau majalah. Teks ini berisi sebuah opini atau fakta secara ringkas dan logis.
Pengertian Teks Editorial Menurut Lyly Spencer
Dalam bukunya yang berjudul Editorial Writing, Spencer (1924) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teks editorial adalah pernyataan mengenai fakta dan opini yang logis dan menarik. Tujuannya untuk memengaruhi pendapat atau memberikan pandangan mengenai suatu permasalahan yang menonjol sehingga pembaca akan menyimak pentingnya arti isu yang dibahas.
Pengertian Teks Editorial Menurut Syarifudin
Syarifudin (via Yunus, 2020, 34) menyatakan bahwa teks editorial merupakan opini atau sikap resmi suatu media terhadap topik atau isu aktual, fenomenal, atau kontroversial yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat. Teks ini dapat menjadi representasi dari visi dan karakter lembaga media yang menulisnya.
Jadi, apa yang dimaksud dengan teks editorial?
Berdasarkan penjelasan di atas, yang dimaksud dengan teks editorial adalah sebuah tulisan yang memuat opini atau pendapat terhadap isu aktual di masyarakat. Teks ini ditulis oleh redaksi suatu media massa dan biasanya diterbitkan secara rutin di koran maupun majalah. Pendapat atau opini dalam teks editorial biasanya dianggap sebagai pandangan resmi suatu penerbit terhadap suatu isu aktual.
Opini dalam teks editorial dapat berupa kritik, penilaian, prediksi, harapan, atau saran. Sementara isu atau masalah aktual yang dibahas biasanya adalah masalah politik, sosial, maupun masalah ekonomi yang berskala nasional. Contoh isu yang pernah diangkat menjadi teks editorial adalah kenaikan BBM, kebijakan impor, dan perombakan kabinet.
Baca juga: Apa Itu Teks Berita dan Contohnya
Ciri-Ciri Teks Editorial
Teks editorial mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan jenis teks lainnya. Adapun ciri-ciri teks editorial (tajuk rencana) adalah sebagai berikut.
1. Bersifat Argumentatif
Pada bagian pengertian teks editorial (tajuk rencana) di atas sudah dijelaskan jika teks editorial berisi tentang pendapat atau pandangan yang ditulis oleh redaksi mengenai suatu permasalahan. Jadi dalam teks ini memuat argumen-argumen dari sudut pandang redaksi.
2. Bersifat Aktual
Aktual artinya baru saja terjadi. Seperti yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, editorial atau tajuk rencana biasanya berisi tentang pandangan atau opini mengenai isu aktual yang masih hangat diperbincangkan oleh masyarakat.
3. Bersifat Faktual
Selain bersifat aktual, tajuk rencana juga bersifat faktual atau berdasarkan kenyataan. Jadi opini atau pendapat yang ditulis oleh redaksi harus dilengkapi dengan fakta atau bukti yang mendukung.
4. Logis
Logis artinya sesuai logika atau masuk akal. Hal ini bertujuan agar pembaca dapat memahami menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh redaksi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa fungsi teks editorial atau tajuk rencana adalah meyakinkan pembaca.
5. Sistematis
Ciri terakhir yaitu sistematis. Artinya, teks editorial harus disusun secara sistematis sesuai dengan struktur dan kaidah kebahasaan yang ada.
Baca juga: Apa Itu Teks Prosedur dan Contohnya
Kaidah Kebahasaan Teks Editorial
Teks editorial mempunyai kaidah kebahasaan yang menjadi ciri pembeda dari jenis teks lainnya. Adapun kaidah kebahasaan teks editorial adalah sebagai berikut.
Menggunakan kalimat retoris
Kalimat retoris adalah kalimat tanya yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban. Hal ini karena pertanyaan retoris ditujukan kepada pembaca untuk merenungkan masalah tersebut. Harapannya, pembaca dapat tergugah untuk berbuat sesuatu atau minimal mengubah pandangannya terhadap isu tersebut.
Menggunakan kata populer
Editorial atau tajuk rencana umumnya menggunakan kata-kata popular yang mudah dipahami oleh semua kalangan. Hal ini karena jenis teks ini diterbitkan di media massa seperti koran atau portal berita online yang dibaca oleh masyarakat umum. Contoh dari kata popular adalah pencitraan, terkaget-kaget, dan menengarai.
Menggunakan kata ganti penunjuk
Biasanya, editorial atau tajuk rencana menggunakan kata ganti penunjuk yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa, atau hal lainnya yang menjadi fokus ulasan.
Menggunakan konjungsi
Konjungsi adalah kata yang menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Konjungsi yang umumnya dijumpai di tajuk rencana adalah:
- konjungsi yang digunakan untuk menyusun argumentasi, misalnya pertama, kedua, dan berikutnya;
- konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, misalnya bahkan, selain itu, dan lagi pula;
- konjungsi yang digunakan untuk menyatakan hubungan sebab akibat, misalnya sejak dan sebelumnya;
- konjungsi yang menyatakan harapan, misalnya agar dan supaya.
Bagaimana Struktur Teks Editorial?
Teks editorial yang benar terdiri dari tiga struktur. Ketiga struktur teks editorial yang benar adalah sebagai berikut.
1. Pernyataan Pendapat (Tesis)
Struktur teks editorial yang pertama adalah pernyataan pendapat (tesis). Bagian ini terletak di paragraf awal. Bagian tesis berisi tentang sudut pandang penulis mengenai masalah atau isu yang dibahas. Biasanya, isu yang dibahas merupakan peristiwa aktual, fenomenal, dan kontroversial.
2. Argumentasi
Struktur teks editorial selanjutnya adalah argumentasi. Sesuai namanya, bagian ini berisi tentang argumen atau alasan yang memperkuat pernyataan dalam tesis. Argumentasi yang diberikan bisa berupa pernyataan para ahli, data hasil penelitian atau fakta berdasarkan referensi atau sumber yang dapat dipercaya.
3. Penegasan Ulang
Struktur teks editorial yang terakhir adalah penegasan ulang. Bagian ini berisi tentang penegasan ulang pendapat yang ditulis oleh redaksi. Penegasan uang ini bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar setuju dengan pendapatnya.
Jenis-Jenis Teks Editorial atau Tajuk Rencana
Dikutip dari Modul Bahasa Indonesia, teks editorial ada tiga jenis, apa sajakah itu? Simak penjelasannya berikut ini.
1. Interpretative Editorial
Teks editorial jenis ini bertujuan untuk menjelaskan isu atau permasalahan tertentu dengan menyajikan fakta atau referensi untuk menambah wawasan pembaca. Dalam memersuasi pembacanya, teks jenis ini dapat bersifat positif, negatif, atau netral, tergantung pada tanggapan penulis terhadap suatu isu.
2. Controversial Editorial
Controversial editorial bertujuan untuk meyakinkan pembaca atau menumbuhkan kepercayaan pembaca terhadap suatu isu. Biasanya dalam teks jenis ini, pendapat yang berlawanan akan digambarkan secara negatif.
3. Explanatory Editorial
Explanatory editorial menyajikan suatu isu atau permasalahan supaya dinilai oleh pembaca. Teks jenis ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu masalah dan membuka mata masyarakat untuk memerhatikan suatu isu.
Contoh Teks Editorial Beserta Strukturnya
Berikut adalah contoh teks editorial singkat beserta strukturnya:
Hipertensi
Pernyataan Pendapat (Tesis)
Di sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May 17, 2019, sebuah momentum yang digalang World Hypertension Leage dengan tema “Healthy Life Style-Healthy Blood Pressure”. Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?
Argumentasi
Bagi masyarakat Indonesia yang belakangan ini dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya, persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya. Apakah karena dianggap kurang menarik sehingga tidak ada yang mau peduli?
Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli. Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi.
Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja. Persoalannya, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.
Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7 juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita hipertensi.
Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner. Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.
Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat, atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi dan sosial. Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan kesehatan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.
Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.
Penegasan Ulang
Dengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu.
(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 23 Mei 2019)
Itu tadi penjelasan mengenai teks editorial atau tajuk rencana, mulai dari pengertian, ciri, kaidah kebahasaan, struktur, jenis dan contohnya. Semoga bermanfaat