Pengertian Sosiologi Sastra Hegemoni Gramsci

Sastra mencerminkan realitas sosial atau situasi masyarakat yang dilihat dari perspektif pengarang terhadap dunia. Melalui proses pengamatan dunia, pengarang mengubah realitas yang diamati menjadi karya sastra. Oleh karena itu, karya sastra menjadi medium pengarang untuk mengekspresikan pemikiran, kegelisahan, dan aspirasinya kepada publik yang sejalan dengan pandangan pribadinya.

Karya sastra yang ada dalam masyarakat merupakan hasil dari imajinasi pengarang yang mencerminkan peristiwa sosial sekitarnya. Dengan demikian, latar belakang sejarah, budaya, dan sosial dari masyarakat memiliki peran penting dalam memengaruhi pengarang dalam menentukan jenis karya sastra yang dihasilkannya.

Terdapat kajian sosiologi sastra dalam disiplin ilmu sastra untuk meneliti keterkaitan antara sastra dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam artikel ini, akan dibahas apa itu sosiologi sastra terkhusus pada teori hegemoni Gramsci yang dicetuskan oleh  Antonio Gramsci. Berikut merupakan penjelasan sosiologi sastra hegemoni Gramsci yang bersumber dari buku-buku kredibel.

Pengertian Sosiologi Sastra

Seperti namanya, sosiologi sastra erat kaitannya dengan ilmu sosiologi. Perbedaanya adalah, pada sosiologi sastra ini mengkaji gejala-gejala sosial masyarakat yang terjadi dalam karya sastra. Sosiologi sastra menganalisis karya sastra dalam kerangka konteks sosial, budaya, dan sejarah tempat karya tersebut dihasilkan. Sosiologi sastra meneliti pengaruh karya sastra terhadap masyarakat, norma-norma sosial tercermin dalam karya sastra, dan kritik karya sastra terhadap masalah-masalah sosial dalam realitas masyarakat.

Kajian sosiologi sastra mengharuskan peneliti untuk melihat karya sastra di luar teks itu sendiri dan menjelajahi faktor-faktor eksternal yang memengaruhi pembuatan dan interpretasi karya sastra. Ini termasuk pemahaman tentang konteks sejarah, latar belakang penulis, dan budaya di mana karya sastra itu muncul.

Konsep-konsep yang sering muncul dalam kajian sosiologi sastra meliputi interaksi antara sastra dan masyarakat, pengaruh kondisi sosial, sejarah, dan budaya, serta hegemoni dan ideologi. Selain Antonio Gramsci, terdapat tokoh lain sosiologi sastra yaitu Georg Lucas, Pierre Bourdieu,  dan Mikail Bakhtin.

Sosiologi Sastra Hegemoni Gramsci

Antonio Gramsci adalah seorang pemikir beraliran Marxis yang berpengaruh pada abad XX. Akan tetapi, berbeda dengan Marx, Gramsci mengatakan titik awal hegemoni bukanlah melalui hubungan dominasi kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologi. Jadi, hegemoni terkait dengan keseluruhan kelas sosial yang sepakat melalui kepemimpinan secara intelektual dan moral. Konsep teori hegemoni yang dikemukakan oleh Gramsci menjadi sebuah tambahan penting dalam landasan pemikiran Marxis, yang sebelumnya cenderung terbatas pada hubungan antara buruh dan majikan. Menurut pandangan Gramsci, hegemoni lebih kompleks daripada sekadar dominasi yang bersifat memaksa. Hegemoni merupakan suatu konsep yang meneliti pola-pola politik, kultural, dan ideologis tertentu yang membentuk suatu bentuk kepemimpinan yang berbeda dari dominasi yang bersifat memaksa.

Konsep

Teori hegemoni Gramsci terdiri dari enam konsep kunci, yaitu kebudayaan, hegemoni, ideologi, kepercayaan umum dan kebiasaan, kaum intelektual, serta negara. Semua konsep tersebut saling terkait satu sama lain, membentuk suatu jalan yang terpadu dalam bidang politik, kultural, dan intelektual. Dalam perkembangannya, ideologi sering kali dipersepsikan hanya dalam kerangka sistem ideologi spesifik seperti komunisme, liberalisme, atau sosialisme. Tetapi bagi Gramsci, ideologi memiliki makna yang lebih luas; ideologi mempengaruhi perilaku manusia serta memberikan landasan bagi mereka dalam mengartikan dan mengekspresikan diri dalam konteks sosial kolektif.

Elemen

Dalam pemikirannya, Gramsci menggambarkan bahwa ideologi terdiri dari empat elemen, yaitu kesadaran, material, solidaritas-identitas, dan kebebasan. Elemen kesadaran memperkenalkan ideologi ke berbagai bidang kehidupan ekonomi, sosial, dan politik. Ideologi juga menghasilkan pemikiran awam yang meresap dalam masyarakat, membuat mereka menerima kondisi yang muncul sebagai hal yang alamiah. Elemen material mengacu pada eksistensi ideologi dalam berbagai aspek praktis, seperti organisasi dalam kehidupan sosial. Elemen solidaritas-identitas menjelaskan bagaimana ideologi dapat menyatukan kelas-kelas sosial yang berbeda dalam sebuah wadah, sambil mempertahankan variasi ideologi. Terakhir, elemen kebebasan menjelaskan bagaimana ideologi memberi kebebasan maksimal kepada individu untuk merealisasikan dirinya, serta memicu kesadaran akan ketertindasan dan tindakan revolusioner.

Dalam konteks sastra, karya sastra berperan sebagai medium yang mencerminkan berbagai ideologi. Melalui ideologi, proses hegemoni terbentuk. Oleh karena itu, segala aktivitas historis dan kultural pada akhirnya mengarah pada upaya penyatuan masyarakat secara kolektif. Penulis, sebagai bagian dari kelompok kaum intelektual, turut serta dalam pendekatan hegemoni. Karya sastra, dalam hal ini, berfungsi sebagai arena pertarungan dan negosiasi ideologi dalam pencarian hegemoni yang berlandaskan pada persuasi.

Analisis

Menurut Gramsci, analisis terhadap karya sastra yang memuat ideologi dapat dilakukan melalui dua cara. Cara tersebut adalah dengan memperbaiki biografi pengarang sebagai bentuk penghormatan terhadap kegiatan intelektualnya, dan dengan merangkum karya-karya pengarang untuk memahami kedewasaan berpikir dan cara pandangnya dalam menghadapi kehidupan serta permasalahan. Analisis mengenai formasi ideologi, negosiasi, dan ideologi pengarang penting dalam teori hegemoni Gramsci, terutama karena Gramsci menekankan bagaimana ideologi dinegosiasikan antara kelompok dominan dan subaltern. Formasi ideologi memiliki peran penting dalam memahami ideologi kelompok dominan dan subaltern. Demi mencapai posisi hegemoni, proses negosiasi penting guna mencapai kesepakatan di antara semua kelompok. Serta, rekonstruksi ulang biografi pengarang merupakan cara untuk memahami kedewasaan berpikir serta gagasan-gagasan yang diungkapkan dalam karya sastra.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *