Mitos dan Fakta Teknologi AI

AI, Artificial Intelegence atau kecerdasan buatan telah menggebrak perkembangan teknologi. AI menjadi topik yang menarik untuk dibahas di era modern. Saat ini, AI tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Misalnya, manusia menggunakan sosial media seperti Tiktok, Instagram, dan X yang sistem operasinya berdasarkan algoritma. Algoritma ini adalah bagian dari AI.

Akan tetapi, kurangnya edukasi AI di Indonesia mengakibatkan pandangan tentang AI menjadi samar-samar karena banyak mitos yang beredar di sekitarnya. AI masih menjadi peredebatan, terutama soal isu bahwa AI akan 100% dapat menggantikan manusia. Lantas, apakah hal ini benar?

Dalam artikel ini akan dijelaskan sejarah AI, mitos umum tentang AI, dan mengungkapkan fakta AI.

Sejarah AI

AI mempunyai sejarah yang panjang, ini dimulai pada abad 20 ketika seorang ilmuwan bernama Alan Turing menciptakan konsep tentang mesin cerdas. Itu dinamakan mesin Turing, yaitu sebuah model matematis untuk komputer universal. Ini menjadi dasar untuk perkembangan komputasi dan pemikiran tentang mesin cerdas. Pada 1965 diselenggarakan Dartmouth Workshop atau Konferensi Darmouth yang diprakarsai oleh John McCarthy, Marvin Minsky, Nathaniel Rochester, dan Claude Shannon. Peristiwa ini dinilai sebagai titik awal perkembangan AI.

Kemudian, pada tahun 1950-an dan 1960-an, sejumlah ilmuwan memulai upaya untuk mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang dapat digunakan untuk simulasi pemikiran dan pengambilan keputusan manusia. Tokoh pionir dalam bidang ini adalah Allen Newell dan Herbert A. Simon. Mereka adalah orang yang merancang program-program komputer sehingga mampu meniru cara berpikir manusia.

Setelah itu, pada 1970-an perkembangan AI mengalami kemunduran. Ini karena harapan yang terlalu tinggi terhadap AI menyebabkan banyak kekecewaan. Kekecewaan tersebut terjadi ketika pendanaan penelitian mulai menurun.

Setelah melambat, AI kembali perkembang pada Akhir 1980-an hingga 1990-an.  Majunya teknologi komputer dan pendekatan inovatif dalam machine learning memicu kembali minat dalam bidang kecerdasan buatan (AI). Penelitian di bidang jaringan saraf buatan (neural networks) dan teknik machine learning lainnya telah menghasilkan kemajuan yang signifikan.

Pada era 2000-an, AI mengalami perkembangan yang pesat. Kemajuan dalam deep learning, peningkatan kapasitas komputasi, dan melimpahnya data membawa dampak positif dalam penyelesaian beragam tugas antara lain pengenalan wajah, pemrosesan bahasa alami, kendaraan otonom, dan berbagai bidang lainnya.

Saat ini, AI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Hadirnya asisten virtual antara lain Siri dan Alexa, teknologi pengenalan suara, Chatbot, serta Chat GPT sangat membantu pekerjaan saat ini. Selain itu, pemanfaatan AI juga meluas ke berbagai sektor industri, termasuk kesehatan, otomotif, keuangan, dan berbagai bidang lainnya.

Mitos dan Fakta Teknologi AI

1. Mitos AI Memiliki Kesadaran Seperti Manusia

AI hanyalah program komputer yang dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. Meskipun AI dapat melakukan tugas-tugas cerdas seperti pengenalan suara atau gambar, faktanya AI tidak memiliki kesadaran atau pemahaman seperti manusia. AI hanya beroperasi berdasarkan algoritma dan data yang telah dipelajari.

2. Mitos AI Dapat 100% Menggantikan Pekerjaan Manusia

AI memiliki potensi untuk mengotomatisasi banyak tugas, akan tetapi tidak semua pekerjaan dapat digantikan oleh AI. Faktanya, pekerjaan yang memerlukan kreativitas, empati, dan keputusan berdasarkan etika tetap menjadi ranah yang dilakukan manusia. Alih-alih menggantikan manusia, AI hanya digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan membantu manusia dalam pekerjaan mereka.

3. Mitos AI Selalu Benar

AI dapat memberikan prediksi dan keputusan yang akurat, tetapi tidak selalu benar. Kualitas prediksi AI bergantung pada data pelatihan yang digunakan dan algoritma yang diterapkan. Kesalahan dalam data pelatihan atau model AI dapat menghasilkan prediksi yang salah atau disebut bias AI.

4. Mitos AI dapat Mengambil Keputusan dengan Etis

AI hanya dapat mengambil keputusan berdasarkan apa yang telah dipelajari dari data. AI tidak memiliki pemahaman tentang etika seperti manusia. Keputusan etis masih harus ada dalam kendali manusia dan harus berdasarkan nilai dan etika manusia. Meskipun AI dapat melakukan tugas dengan efisien, pengawasan manusia tetap diperlukan untuk mengontrol dan memastikan keputusan yang diambil AI sesuai dengan nilai dan etika manusia.

5. Mitos AI Bekerja Tanpa Memerlukan Data Besar

Faktanya, AI memerlukan data yang besar dan berkualitas tinggi untuk melatih modelnya. Tanpa data yang cukup, bisa saja AI tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga timbul bias. Data diibaratkan sebagai bahan bakar utama agar AI memahami pola, mengambil keputusan, dan berkembang. Dengan kemampuan memproses dan menganalisis data besar dalam waktu singkat, ini adalah keunggula AI yang manusia tidak mampu lakukan.

Teknologi AI dalam Keseharian Manusia

Teknologi AI telah digunakan secara luas dalam berbagai produk dan layanan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Beberapa produk AI yang umum digunakan termasuk:

  • Asisten virtual, contohnya seperti Siri (Apple), Google Assistant (Google), dan Alexa (Amazon) yang membantu dalam tugas seperti pencarian informasi, pengaturan alarm, dan pengendalian perangkat rumah pintar.
  • Mesin pencari, Google Search adalah salah satu contoh utama mesin pencari yang menggunakan algoritma AI untuk memberikan hasil pencarian yang relevan.
  • Sistem rekomendasi, Netflix, Amazon, dan Spotify menggunakan AI untuk merekomendasikan film, produk, dan musik kepada pengguna berdasarkan preferensi mereka.
  • Kendaraan otonom, mobil otonom menggunakan teknologi AI untuk mengemudi secara mandiri dengan berbagai tingkat otomatisasi.
  • Deteksi penipuan finansial, bank dan lembaga keuangan menggunakan AI untuk mendeteksi transaksi penipuan dan aktivitas mencurigakan.
  • Analisis sentimen, perusahaan menggunakan AI untuk menganalisis sentimen pelanggan di media sosial dan ulasan produk untuk mendapatkan wawasan mengenai kepuasan pelanggan.
  • Diagnostik kesehatan, AI digunakan dalam perangkat medis untuk mendiagnosis penyakit dan menganalisis gambar medis seperti pemindaian MRI dan CT.
  • Penerjemah bahasa, layanan penerjemah seperti Google Translate menggunakan AI untuk menerjemahkan teks dan bicara antar bahasa.
  • Chatbot layanan pelanggan, banyak perusahaan menggunakan chatbot berbasis AI untuk memberikan dukungan pelanggan 24/7.
  • Sistem keamanan, sistem pengawasan keamanan rumah pintar menggunakan teknologi AI untuk mendeteksi gerakan dan aktivitas mencurigakan.
  • Pengenalan wajah, sistem pengenalan wajah digunakan dalam banyak perangkat, termasuk ponsel pintar untuk membuka kunci perangkat.
  • Permainan video, AI digunakan dalam permainan video untuk mengendalikan karakter non-pemain (NPC) dan menciptakan pengalaman permainan yang lebih realistis.

AI merupakan alat cerdas yang dapat memberikan bantuan dalam berbagai bidang, namun tetap diperlukan pengawasan manusia dan pemahaman yang komprehensif mengenai batasan-batasannya. AI bukanlah entitas yang memiliki kesadaran seperti manusia, maka dari itu diperlukan pehaman tentang etika AI. Dengan hal ini, kita dapat memanfaatkan AI secara efisien.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *