Lokusi Ilokusi Perlokusi: Perbedaan dan Contoh

Apa yang Dimaksud Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi?

Pernahkah anda mendengar istilah lokusi, ilokusi, dan perlokusi? Dalam ranah pragmatik istilah ini merupakan bagian dari tindak tutur. Seorang penutur kemungkinan mengutarakan tiga jenis tindakan ini. Artikel ini akan menjelaskan makna dan contoh lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

Makna dan contoh Lokusi, Ilokusi dan Perlokusi

Makna Lokusi

Lokusi merupakan tindak tutur yang paling mudah dipahami karena paling mudah didefinisikan tanpa menyertakan konteks tuturan. Lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu (the act of saying something). Jika dicermati dengan seksama, tindak tutur lokusi berkaitan dengan preposisi kalimat.

Subjek/topik dan prediket/comment merupakan dua unsur identifikasi dalam kalimat lokusi. Dalam ranah pragmatik, tindak lokusi dianggap tidak terlalu penting perannya untuk memahami tindak tutur.

Contoh Lokusi

Untuk dapat memahami tindak lokusi, perhatikan pernyataan berikut.

  1. Lumba-lumba merupakan hewan yang menyusui
  2. Jari manusia jumlahnya dua puluh
  3. Xerpihan selaku start up edutech di Indonesia menyelenggarakan seminar Pentingnya Pemanfaatan Bahasa di Era Teknologi yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim sebagai pembicara. Pada acara terdsebut juga akan diselenggarakan konsultasi karir bagi para fresh graduate.

Kalimat 1 dan 2 diucapkan oleh penuturnya hanya untuk menginformasikan sesuatu tanpa berniat untuk menyuruh atau mempengaruhi lawan bicara. Sedangkan, pada kalimat 3 memang diutarakan untuk menginfokan sesuatu, yaitu acara seminar yang dilakukan oleh perusahaan edutech, kegiatan yang dilakukan, dan pembicaranya.

Secara sekilas kalimat 3 diutarakan hanya untuk menginfokan sesuatu. Jika diperhatikan secara seksama juga terdapat konsep ilokusi dan perlokusi, akan tetapi konsep lokusi leboh menonjol.

Cara Cek Turnitin Gratis

Makna Ilokusi

Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan dan menginformasikan sesuatu juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Tuturan sebagai bentuk untuk melakukan sesuatu merupakan sebuah ilokusi (the act of doing something).

Tindak ilokusi sulit diidentifikasi secara lagsung. Tindak tutur ilokusi harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tuturnya, serta kapan dan dimana tindak tutur terjadi. Berbeda dengan konsep lokusi, konsep ilokusi adalah hal yang penting dalam memahami tindak tutur.

Contoh Ilokusi

Perhatikan contoh kalimat berikut agar dapat memahami tindak tutur ilokusi.

  1. Hujan akan turun
  2. Saya kemarin tidak bisa datang
  3. Sebentar lagi ujian
  4. Panjang sekali rambutmu

Kalimat 1 apabila dicermati tidak hanya berfungsi untuk memberikan informasi. Tetapi dapat ditafsirkan juga sebagai pemberi peringatan. Apabila seseorang berkata hujan akan turun maka tindakan lain yang dimaksudkan dalam tuturan adalah untuk berteduh atau untuk menyiapkan payung.

Kalimat 2 juga sama seperti kalimat 1 yang fungsinya tidak hanya menyatakan sesuatu tetapi juga ingin melakukan suatu hal, yaitu meminta maaf. Perumpamaannya ada seseorang yang tidak dapat hadir di pesta pernikahan temannya. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini tidak begitu penting karena kemungkinan besar lawan tutur sudah mengetahui hal itu.

Seorang guru yang mengutarakan kalimat 3 kepada muridnya kemungkinan ucapan tidak hanya berfungsi sebagai informasi. Kalimat 3 dapat menafsirkan bahwa guru memperingatkan murid agar belajar untuk mempersiapkan ujian.

Kemudian pada kalimat 4 maksud dari ucapan dapat dilihat berdasarkan konteks. Apabila kalimat d diucapkan oleh seorang ibu kepada anak laki-lakinya, kemungkinan besar si ibu secara tidak langsung menyuruh anaknya untuk potong rambut. Namun, ketika kalimat 4 diucapkan oleh seorang pria kepada kekasihnya maka kemungkinan hal itu adalah pujian sebagai tanda kasih sayang.

Makna Perlokusi

Sebuah tuturan yang dapat mempengaruhi lawan tutur disebut sebagai tindak perlokusi. Tindak tutur perlokusi diutarakan pembicara untuk mempengaruhi lawan tuturnya (the act of affecting someone).

Tuturan perlokusi mempunyai daya pengaruh bagi yang mendengarnya sehingga lawan tutur dapat terkena efeknya. Penutur mengreasikan daya pengaruh atau efek dapat secara sengaja atau tidak sengaja.

Contoh Perlokusi

Dalam tuturan perlokusi, umunya juga mengandung ilokusi. Perhatikan contoh kalimat berikut.

  1. Di sana makanannya lebih enak
  2. Semalam saya sangat sibuk

Kalimat 1 dan 2 tidak hanya mengandung ilokusi akan tetapi juga mengandung perlokusi. Apabila kalimat 1 diutarakan oleh seseorang kepada temannya saat jam makan siang, kalimat 1 tidak hanya mengandung lokusi, akan tetapi juga mengandung perlokusi berupa ajakan untuk makan di tempat yang ia maksud.

Pada kalimat 2 apabila diutarakan oleh seorang anggota perkumpulan kepada ketua, maka secara tidak langsung mengandung kalimat ilokusi bahwa ia memohon maaf. Kemudian perlokusi yang diharapkan oleh anggota adalah agar ketua memaklumi ketidakhadirannya.

Tindak Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi pada Wacana Iklan

Di berbagai media masa tersebar berbagai bentuk wacana iklan. Jika diamati dengan seksama, wacana iklan tersebut mengadung tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Salah satu contoh dari tindak tutur tersebut adalah wacana iklan yang berbentuk berita. Dalam iklan yang bebentuk narasi berita, tidak secara eksplisit menunjukan bahwa narasi tersebut merupakan sebuah iklan. Akan tetapi apabila diperhatikan secara seksama wacana iklan yang berbentuk berita tersebut memunculkan elemen-elemen yang disampaikan secara implisit sehingga mengarah pada tindakan lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

Dalam sebuah iklan, tiga konsep lokusi, ilokusi, dan perlokusi ini saling terkait. Penulis iklan yang diibaratkan sebagai penutur, menggunakan tindak lokusi untuk mencapai tujuan komunikatif tertentu (ilokusi), dan mereka berharap agar audiens merespons dengan cara tertentu yang diharapkan (perlokusi), seperti membeli produk atau merasa tertarik dengan tawaran yang diberikan.

Analisis tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi dapat membantu kita untuk memahami bagaimana iklan berfungsi, bagaimana pesan disampaikan, dan bagaimana audiens meresponsnya. Konsep ini juga dapat membantu kita dalam merancang iklan yang lebih efektif dan memahami dampaknya pada perilaku konsumen.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *