Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas mengenai apa itu kalimat majemuk. Di sana sudah dijelaskan bahwa ada banyak jenis kalimat majemuk, di antaranya adalah kalimat majemuk setara, bertingkat, campuran, dan rapatan. Sebenarnya kalimat majemuk bertingkat juga bisa dibedah lagi menjadi banyak jenis. Nah, jika kamu penasaran apa saja jenis-jenisnya, simak artikel ini hingga selesai ya. Di artikel ini kita akan membahas lebih dalam mengenai apa itu kalimat majemuk bertingkat, mulai dari pengertian, ciri, jenis, hingga contoh kalimatnya.
Pengertian Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Klausa yang merupakan bagian dari klausa yang lain disebut klausa sematan, terikat, atau subordinatif. Sementara satu klausa lainnya disebut sebagai klausa utama, bebas, atau inti. Klausa-klausa tersebut dihubungkan oleh konjungsi yang tidak setara atau biasa disebut dengan konjungsi subordinatif.
Supaya lebih jelas, perhatikan contoh penggabungan dua klausa dengan cara subordinatif berikut ini. Contoh ini dikutip dari buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Klausa 1: Embo mengatakan (sesuatu)
Klausa 2: Rini mencintai pemuda itu sepenuh hati.
Kedua klausa tersebut digabung menjadi sebuah kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
Embo mengatakan bahwa Rini mencintai pemuda itu sepenuh hati.
Pada contoh di atas, terlihat bahwa klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen klausa 1. Klausa 2 yang menjadi bagian atau konstituen dari klausa 1 disebut sebagai klausa subordinatif. Sementara klausa 1 disebut sebagai klausa utama. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat untuk kedua klausa tersebut dapat dijelaskan dalam diagram berikut.
Pada diagram di atas, terlihat bahwa kalimat tersebut terdiri dari klausa utama, yaitu Embo mengatakan, dan klausa subordinatif, yaitu Rini mencintai pemuda itu sepenuh hati. Kedua klausa tersebut dihubungkan menggunakan konjungsi bahwa. Dalam struktur kalimat tersebut, klausa subordinatif menduduki posisi sebagai objek dari klausa utama.
Berdasarkan contoh di atas, kita tahu bahwa klausa-klausa dalam kalimat majemuk tidak mempunyai kedudukan yang setara. Hubungan antarklausa di dalam kalimat majemuk bertingkat bersifat hirarkis. Salah satu klausanya berfungsi sebagai konstituen dari klausa yang lain.
Klausa yang berfungsi sebagai konsituen disebut sebagai klausa subordinatif. Klausa subordinatif ini biasanya menjadi pengisi salah satu unsur di klausa utama atau klausa inti, Unsur dari klausa utama yang bisa dialihfungsikan dengan klausa subordinatif adalah subjek, objek, atau keterangan.
Baca juga: Pengertian Kalimat Tunggal dan Contohnya
Ciri-Ciri Kalimat Majemuk Bertingkat
Ciri-ciri dari kalimat majemuk bertingkat adalah:
- Terdiri atas dua klausa atau lebih yang kedudukannya tidak setara. Salah satu klausanya berperan sebagai klausa utama atau induk kalimat. Klausa lainnya berperan sebagai klausa subordinatif atau bisa juga disebut sebagai anak kalimat.
- Salah satu klausanya merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai konstituen dari klausa utama, sehingga klausa tersebut tidak bisa berdiri sendiri apabila dipisahkan.
- Biasanya menggunakan kata hubung atau konjungsi subordinatif, seperti jika, sebab, sehingga, setelah, bahwa, walaupun, dan lain-lain.
- Konjungsi yang berfungsi sebagai penghubung dalam kalimat majemuk bertingkat merupakan konstituen langsung dari klausa subordinatif, sehingga setiap pemindahan klausa subordinatif harus dengan konjungsi subordinatifnya. Misalnya kalimat, “Pengusaha itu harus membayar pajak walaupun perusahaannya mengalami kerugian.” Jika diubah posisinya menjadi, “Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus membayar pajak.”
Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat Berdasarkan Jenisnya
Kalimat majemuk bertingkat dapat dibagi menjadi banyak jenis, tergantung dari konjungsi yang digunakan. Hal ini karena hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat ditentukan oleh jenis konjungsi yang digunakan dan makna leksikal dari kata atau frasa dalam masing-masing klausa.
Walaupun suatu kalimat memiliki dua klausa yang sama persis dengan klausa di kalimat lainnya, arti dari kalimatnya bisa sangat berbeda jika konjungsi yang digunakan berbeda. Perhatikan contoh berikut ini:
- Aku tidak suka denganmu karena kamu pintar.
- Aku tidak suka denganmu meskipun kamu pintar.
Bisa dilihat bahwa klausa yang digunakan pada kalimat 1 sama persis dengan klausa di kalimat 2. Namun, kedua kalimat tersebut mempunyai makna yang jauh berbeda karena konjungsi yang digunakan berbeda. Kalimat satu menyatakan hubungan penyebab karena menggunakan konjungsi ‘karena’. Sementara kalimat dua menyatakan hubungan konsensif karena menggunakan konjungsi meskipun.
Berikut adalah beberapa jenis kalimat majemuk bertingkat berdasarkan konjungsi yang digunakan.
1. Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Waktu
Sesuai namanya, kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu adalah jenis kalimat yang digunakan untuk menyatakan hubungan waktu antara klausa satu dengan klausa lainnya. Hubungan waktu pada kalimat ini dapat dibedakan menjadi empat, yaitu waktu batas permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, waktu batas akhir terjadinya peristiwa atau keadaan.
Baca juga: Macam-Macam Konjungsi dan Contohnya
1. Waktu Batas Permulaan
Konjungsi yang sering digunakan untuk menyatakan hubungan waktu batas permulaan adalah sejak dan sedari.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu untuk batas permulaan:
- Sedari saya masih di SD, saya suka pelajaran matematika.
- Saya sudah terbiasa naik sepeda sejak saya SMP.
- Aku belajar bahasa korea sejak aku suka menonton drama.
2. Waktu Bersamaan
Hubungan waktu bersamaan menunjukkan peristiwa yang terjadi bersamaan atau hampir bersamaan yang dinyatakan dalam klausa utama dan klausa subordinatif. Konjungsi yang sering digunakan untuk menyatakan hubungan ini, di antaranya adalah Ketika, selagi, sambil, selama, seraya, tatkala, dan (se)waktu.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu untuk batas permulaan:
- Ketika aku masih SMP, aku tidak boleh membawa motor ke sekolah.
- Aku menyetrika pakaian sambil menonton tv.
- Kita harus mematikan HP selama ujian berlangsung.
3. Waktu Berurutan
Hubungan waktu berurutan menunjukkan peristiwa yang terjadi secara berurutan antara klausa utama dan klausa subordinatif. Konjungsi yang sering digunakan untuk menyatakan hubungan ini, di antaranya adalah sebelum, sesudah, setelah, dan seusai.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu berurutan:
- Rini datang tepat waktu sebelum bel sekolah berbunyi.
- Aku ingin menonton TV setelah selesai belajar,
- Sebelum makan, kita harus berdoa terlebih dahulu.
4. Waktu Batas Akhir Terjadinya Peristiwa
Hubungan waktu batas akhir digunakan untuk menyatakan ujung suatu proses atau peristiwa. Konjungsi yang sering digunakan untuk menyatakan hubungan ini, di antaranya adalah sampai dan hingga.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan waktu batas akhir terjadinya peristiwa:
- Rina mengerjakan tugas sampai ia tertidur di sofa.
- Riki menemani adiknya mengerjakan tugas sekolah hingga ibunya pulang dari kantor.
2. Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Syarat
Klausa subordinatif dari kalimat jenis ini berfungsi untuk menyatakan syarat tertentu yang terkait dengan klausa utama. Konjungsi yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan syarat adalah jika(lau), asal(kan), kalau, apabila, dan bilamana.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan syarat adalah:
- Lili mau ikut asalkan ada teman yang mau menjemput ke rumahnya.
- Aku akan datang ke rumahmu kalau hari ini tidak hujan.
- Kamu boleh bermain sepuasnya asalkan kamu sudah selesai mengerjaan PR.
3. Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Pengandaian
Klausa subordinatif dari kalimat jenis ini berfungsi untuk menyatakan pengandaian untuk klausa utama. Konjungsi yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan pengandaian adalah seandainya dan andaikan.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan pengandaian adalah:
- Andaikan kamu jujur dari awal, ayah tidak akan semurka ini.
- Seandainya aku tidak sakit, aku pasti sudah ikut piknik bersama teman-teman.
- Seandainya aku tidur lebih awal tadi malam, pasti sekarang aku tidak akan kesiangan.
4. Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Tujuan
Klausa subordinatif dari kalimat jenis ini berfungsi untuk menyatakan tujuan atau harapan dari apa yang disebutkan di klausa utama. Konjungsi yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan tujuan adalah agar, supaya, demi, dan untuk.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan tujuan adalah:
- Aku sengaja tidur lebih awal agar besok pagi badanku fresh Kembali.
- Riki belajar sangat giat demi bisa masuk kampus impian.
- Rina sedang berhemat supaya ia bisa membeli tiket konser.
5. Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Konsesif atau Perlawanan
Klausa subordinatif dari kalimat jenis ini mengandung pernyataan yang bertentangan dengan klausa utama. Konjungsi yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan konsesif atau perlawanan adalah walaupun, meskipun, sekalipun, biarpun, kendatipun, sekalipun, dan betapapun.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan konsesif atau perlawanan adalah:
- Dia tidak pernah mengeluh walaupun hidupnya penuh cobaan.
- Lala tetap berangkat ke sekolah sekalipun ia sedang sakit flu.
- Meskipun sedang sedih, dia tidak menangis di hadapanku.
6. Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Pembandingan
Kalimat jenis ini digunakan untuk menyatakan pembandingan antara klausa utama dengan klausa subordinatif. Konjungsi yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan pembandingan adalah seperti, bagaikan, ibarat, laksana, sebagaimana, daripada, dan alih-alih.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan konsesif atau perlawanan adalah:
- Alih-alih naik pesawat bersama teman-teman, dia memiih naik kereta api sendirian.
- Daripada bengong, lebih baik kamu membantu Ibu membuat kue.
- Ibuku menyayangi semua kemenakannya seperti dia menyayangi anak kandungnya sendiri.
7. Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Penyebaban
Kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban adalah jenis kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya digunakan untuk menyatakan sebab atau alasan dari klausa utama. Konjungsi yang biasa dipakai untuk hubungan ini adalah sebab, karena, dan akibat.
Contoh kalimat majemuk bertingkat hubungan penyebaban adalah:
- Lia terpaksa begadang karena ia harus mengerjakan banyak tugas.
- Koruptor itu dipenjara akibat perbuatannya yang merugikan negara.
- Rio mengidap penyakit jantung koroner karena dia suka merokok.