Roland Barthes Tokoh Teori Semiotika
Sebagai seorang pencetus teori semiotika, Roland Gerard Barthes juga seorang filsuf, penulis, kritikus sosial, dan kritikus sastra asal Prancis. Dalam hal ini tulisan Roland Barthes kebanyakan tentang telaah simbol dan tanda, semiotika. Oleh karena itu, pemikiran dari Roland Barthes membantu membangun teori strukturalisme dan kritik baru sebagai gerakan intelektual. Pada 1976, Roland Barthes menjadi sosok pertama yang memegang kunci tentang semiologi sastra di College de Frace. Lantas, apa saja pokok pemikiran Roland Barthes tentang semiotika?
Roland Barthes lahir pada 12 November 1915 di Cherbourg, Prancis dari seorang ayah pelaut dan sejak umur 1 tahun ibunya sudah meninggal. Pada 1939, Barthes pernah belajar di Universitas Paris dengan mengambil jurusan sastra klasik. Kemudian, pada 1943 ia mengambil studi tata bahasa dan filologi. Centre National de la Recherche Scientifique dan École Pratique des Hautes Études kemudian mengangkatnya bekerja karena kiprahnya yang cemerlang.
Semasa hidupnya Roland Bathes sering sakit-sakitan, ia pernah hidup di karantina TBC pada usia 20 tahun. Saat sedang di puncak karir, Roland Barthes meninggal pada 25 Maret 1980 di Paris karena kecelakaan lalu lintas.
Apa itu teori semiotika Roland Barthes?
Ferdinand de Saussure, seorang pelopor linguistik dunia, adalah orang yang awalnya merintis studi formal tentang semiotika. Pemikiran dari Roland Barthes membantu pengembangan semiotika dari teori strukturalisme Ferdinand de Saussure. Roland Barthes mengungkap bahwa suatu teks hanyalah sebuah struktur. Oleh karena itu, harus dilakukan telaah (rekonstruksi) untuk menemukan makna dari suatu teks tersebut.
Buku pertamanya, Le Degré zéro de l’écriture adalah sebuah manifestasi sastra yang mengkaji kesewenang-wenangan konstruksi bahasa. Dalam buku-buku berikutnya, yaitu Mythologies (1957), Essais critiques (1964), dan La Tour Eiffel (1964) ia menerapkan aplikasi kritis yang sama pada “mitologi” yaitu, yang tersembunyi dan asumsi di balik fenomena budaya populer mulai dari industri periklanan, mode, menara Eiffel, dan gulat.
Kemudian, buku berjudul Sur Racine (1963) memicu kehebohan sastra di Prancis, hal ini menyebabkan adu domba antara Barthes dengan akademisi tradisional yang menganggap semiotika menodai karya klasik. Roland Barthes menulis buku berjudul S/Z yang kemudian dianggap radikal. Dalam bukunya ia menganalisis semiotika dengan meneliti baris demi baris dari sebuah cerita pendek. Dalam hal ini, Barthes menekankan peran aktif pembaca dalam membangun narasi berdasarkan isyarat dalam teks.
Karya-karya Roland Barthes
Banyak orang meniru gaya sastra Roland Barthes yang abstrak dan menggairahkan. Beberapa mengira teorinya mengandung wawasan yang cemerlang, sementara yang lain menganggapnya hanya sebagai penemuan yang menyimpang. Pada akhir 1970-an, status intelektual Barthes hampir tidak tertandingi, dan teorinya menjadi sangat berpengaruh tidak hanya di Prancis tetapi juga di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Roland Barthes mampu mempengaruhi teori psikoanalis Jacques Lacan, sosio-sejarawan Michel Foucault, dan filsuf Jacques Derrida dari Prancis.
Reputasi Roland Barthes sebagai penulis turun setelah ia menerbitkan dua buku terakhirnya, berjudul Autobiografi Roland Barthes (1975) dan buku berjudul Fragments D’un Discours Amoureux (1977). Buku Fragments D’un Discours Amoureux bercerita tentang kisah perselingkuhan yang menyakitkan, sangat populer sehingga dengan cepat terjual lebih dari 60.000 eksemplar di Prancis.
Susan Sontag sebagai pengagumnya menerbitkan beberapa seri buku anumerta Roland Barthes yang berjudul A Barthes Reader (1982), dan Incidents (1987). Buku Incindents mengungkapkan dugaan homoseksualitas Barthes, yang tidak dia akui secara terbuka.
Analisis teori semiotika Roland Barthes ada apa saja?
1. Signifikasi
Menurut Roland Barthes, signifikasi dapat dipahami sebagai sebuah proses berupa tindakan yang menyatukan signifer dan signified sehingga menghasilkan sebuah tanda. Kemudian dalam proses itu, signifier dan signified saling bergantung satu sama lain. Alhasil ketergantungan tersebut diwujudkan dengan siginified yang diungkapkan melalui signifier, dan signifier yang diungkapkan melalui signified.
2. Denotasi dan konotasi
Donotasi adalah arti dari sebuah penunjukkan dan konotasi adalah sebuah makna tambahan. Denotasi dan konotasi dalam semiotika adalah dua istilah yang menggambarkan hubungan antara signifier dan signified. Kemudian, denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara signifier dan signified, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna eksplisit, langsung, serta pasti.
Sementara itu, konotasi adalah tingkat pertandaan yang mejelaskan hubungan antara signifier dan signified, yang di dalamnya terdapat makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (terbuka untuk segala kemungkinan).
3. Metalanguage/Myth/Mitos
Menurut Roland Barthes, mitos adalah signified dalam tingkatan konotasi. Apabila sebuah tanda diadopsi secara berulang dalam dimensi sintagmatik maka bagian adopsi akan terlihat lebih sesuai dibandingkan dengan penerapan lainnya dalam paradigmatik. Kemudian konotasi tanda menjadi dinaturalisasi dan dinormalisasi. Selanjutnya, Naturalisasi mitos ini adalah sebuah produk dari bentukan budaya.
Daftar Karya Roland Barthes
- A Barthes Reader
- Sade/Fourier/Loyola
- The Semiotic Challenge
- S/Z
- Writing Degree Zero
- Camera Lucida
- Critical Essays
- The Fashion System
- The Grain of the Voice
- Image-Music-Text
- Incidents
- A Lover’s Discourse
- Michelet
- Mythologies
- New Critical Essays
- On Racine
- The Eiffel Tower and other Mythologies
- Elements of Semiology
- The Empire of the Signs
- The Pleasure of the Text
- The Responsibility of Forms
- Roland Barthes
- The Rustle of Language