Ferdinand de Saussure adalah pelopor linguistik modern. Ia lahir pada 26 November 1857 di Jenewa, Swiss. Ia diberi gelar sebagai “Bapak Linguistik Modern” karena pandangannya terkait bahasa yang terkenal setelah bukunya yang berjudul “Cours de linguistique générale” diterbitkan. Ia adalah perintis linguistik modern dengan pandangan yang menjadi landasan bagi banyak penelitian di bidang ini.
Awal Karir Ferdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure menerima pendidikan awalnya di Jenewa dan menunjukkan minat yang kuat dalam bahasa dan linguistik sejak usia muda. Pada tahun 1876, Saussure memulai studinya di Universitas Leipzig di Jerman, yang pada saat itu merupakan salah satu pusat penting dalam studi bahasa dan linguistik. Di Leipzig, ia belajar di bawah bimbingan ahli bahasa terkemuka seperti Georg Curtius dan August Leskien.
Setelah menyelesaikan studinya di Leipzig, Saussure kembali ke Jenewa pada tahun 1880. Ia mengajar di Universitas Jenewa dan memulai perjalanan akademisnya. Selama masa ini, ia mengajar berbagai mata pelajaran, termasuk bahasa Latin, bahasa Sanskerta, dan linguistik umum.
Mengapa Ferdinand de Saussure Disebut Bapak Linguistik Modern?
Kontribusi Saussure dalam penelitian bahasa memiliki dampak besar pada perkembangan linguistik abad ke-20. Pemikirannya terutama terfokus pada empat dikotomi yang diajukan dalam bukunya “Cours de linguistique générale,” yang sebenarnya adalah catatan kuliahnya selama mengajar di Universitas Jenewa antara tahun 1906 dan 1911.
Buku ini akhirnya diterbitkan berkat upaya Charles Bally dan Albert Sechehay, yang awalnya adalah mahasiswanya, tetapi kemudian menjadi profesor linguistik di Universitas Jenewa juga. Buku ini menekankan konsep struktur bahasa sebagai inti pemikiran Saussure. Ia membantu membentuk pandangan bahwa bahasa adalah sistem tanda yang terdiri dari elemen-elemen yang berhubungan satu sama lain dalam suatu struktur yang kompleks. Saussure berargumen bahwa arti dalam bahasa dibentuk oleh relasi antara tanda-tanda, bukan oleh hubungan dengan dunia nyata.
Ferdinand de Saussure meninggal pada 22 Februari 1913 di Swiss, tetapi warisan pemikirannya terus berpengaruh dalam pengembangan studi bahasa, terutama melalui munculnya aliran linguistik Praha. Aliran ini mengembangkan konsep-konsep Saussure terutama dalam bidang fonologi dan fonem oposisi.
Apa Dasar Pemikiran Ferdinand de Saussure?
Pemikiran Saussure menghadirkan beberapa dikotomi penting dalam studi bahasa. Berikut penjelasaannya.
Dikotomi Diakronis dan Sinkronis
Pendekatan diakronis mengacu pada pemahaman bahasa sepanjang waktu, yaitu memeriksa perubahan dan perkembangan bahasa dari masa lalu ke masa kini. Sementara itu, pendekatan sinkronis memeriksa bahasa pada titik waktu tertentu. Yakni, meneliti struktur bahasa dan relasi antara elemen dalam periode yang sama.
Dikotomi ini memungkinkan linguistik untuk membedakan perubahan historis bahasa (diakronis) dari struktur bahasa saat ini (sinkronis). Selain itu, dikotomi ini membantu pemahaman yang lebih dalam tentang sistem tanda dalam bahasa. Sebelum dikotomi diakronis dan sinkronis muncul, ahli bahasa pada waktu sebelumnya hanya menelaah bahasa secara diakronis saja.
Dikotomi Langue dan Parole
Langue merujuk pada sistem bahasa abstrak yang yang digunakan oleh masyarakat dalam komunikasi. Ini berdasar pada sistem bahasa secara keseluruhan, yang merupakan hasil konvensi sosial mencakup aturan, norma, dan struktur bahasa dan digunakan sebagai alat komunikasi abstrak.
Sementara itu, “parole” adalah ekspresi konkret bahasa oleh individu dalam masyarakat yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Parole adalah realisasi pribadi dari langue dalam konteks komunikasi. Langue menunjukkan bahwa bahasa adalah fenomena sosial yang lebih besar. Sedangkan parole adalah manifestasinya dalam tindakan individu, memahami perbedaan antara norma bahasa dan penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Dikotomi Signifiant dan Signifié
Signifiant dan signifié menjelaskan bagaimana tanda bahasa menghubungkan konsep dengan citra suara. Kedua unsur ini tidak bisa dipisahkan karena mereka saling berkaitan. Signifiant adalah impresi psikologis dalam pikiran. Ini merujuk pada aspek fisik dari tanda bahasa, seperti suara atau simbol tertulis yang digunakan untuk mengungkapkan konsep.
Sementara itu, signifié adalah makna yang ada dalam pikiran kita. Ini mengacu pada makna atau konsep yang terkait dengan tanda tersebut dalam pikiran. Saussure menekankan bahwa makna bahasa bukanlah hasil dari hubungan langsung antara tanda dan konsepnya, melainkan dipengaruhi oleh relasi dengan tanda-tanda lain dalam sistem bahasa. Dikotomi ini mendeskripsikan bagaimana bahasa adalah sistem simbolik kompleks yang menghubungkan suara atau simbol dengan cara yang sangat abstrak.
Dikotomi Sintagmatik dan Paradigmatik
Sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam urutan tuturan atau kalimat, yakni kata-kata diatur bersama untuk membentuk struktur yang masuk akal dalam komunikasi. Sementara itu, paradigmatik adalah hubungan antara unsur dalam tuturan dengan unsur-unsur di luar tuturan yang relevan. Artinya dalam paradigmatik, kita mempertimbangkan kata-kata atau elemen bahasa yang dapat digantikan satu sama lain dalam kalimat yang memiliki fungsi serupa. Dikotomi ini membantu memahami bagaimana elemen-elemen bahasa berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain dalam suatu bahasa.