Orisinalitas adalah hal terpenting dalam sebuah tulisan baik untuk karya tulis, ilmiah, ataupun artikel. Hadirnya berbagai teknologi saat ini sering kali menjadi pisau bermata dua untuk menjaga orisinalitas sebuah tulisan. Di sisi lain kita bisa mendapatkan berbagai informasi baru, selain itu tulisan yang dibuat juga berpengaruh untuk terkena plagiarisme. Lalu, adakah cara menghindari plagiarisme pada tulisan?
Plagiarisme adalah sebuah pelanggaran etika dan juga tidak sesuai dengan kaidah penulisan. Pasalnya, tulisan yang kita tulis sudah kehilangan sisi orisinalitasnya sehingga akan berdampak buruk bagi reputasi maupun nilai kita. Sebenarnya, ada beberapa cara menghindari plagiarisme pada tulisan yang wajib diketahui oleh para penulis.
Berikut ini adalah tips dan cara menghindari plagiarisme dalam berbagai jenis tulisan yang bisa kamu langsung terapkan!
Apa itu Plagiarisme?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, plagiarisme merupakan sebuah pelanggaran etika yang melanggar hak eksklusif pencipta. Seseorang bisa dikatakan melakukan plagiarisme apabila:
- Mengakui sebuah hasil karya berupa tulisan, gambar, audio, dan sejenisnya dari orang lain atas nama diri sendiri.
- Seseorang yang mengaku karya tulis dari pengarang lain menjadi miliknya.
- Membuat parafrase kalimat yang hampir sama dengan tulisan aslinya tanpa menyebutkan dengan jelas identitas sumbernya.
- Mengutip kata-kata maupun kalimat dari sumber lain tanpa menggunakan kutip ataupun menyantumkan identitas sumber.
Garis besarnya, plagiarisme adalah mengambil hak orang lain dengan memberikan klaim bahwa karya tersebut adalah milik kita. Perlu diketahui juga bahwa ada banyak faktor pendorong sebuah plagiarisme, seperti:
- Buruknya kemampuan riset dan juga rendahnya minat baca seseorang terhadap sebuah informasi. Alhasil, mereka tidak mengulik lebih dalam mengenai informasi yang didapatkan dan langsung menulis informasi secara mentah.
- Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya orisinalitas pada sebuah karya. Setiap orang tentu memiliki gaya penulisan, menggambar, ataupun ciri khas khusus yang dituangkan pada setiap karyanya. Apabila hal tersebut ditiru oleh orang lain, tetap akan terjadi perbedaan, sehingga kita bisa tau mana karya yang orisinil dan mana karya hasil plagiarisme.
- Rendahnya minat baca seseorang menjadi faktor pemicu tingginya angka plagiarisme saat ini. Adanya internet sebagai wadah dari segala informasi justru disalah gunakan untuk menjiplak ataupun mengambil karya orang lain sebagai milik sendiri.
Pada jenjang perguruan tinggi, terutama pada penulisan skirpsi, plagiarisme adalah musuh terbesarnya. Hal tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 7 yang berbunyi bahwa:
- Setiap karya tulis mahasiswa berupa skripsi, tesis, atau disertasi harus dilengkapi dengan surat pernyataan bermaterai apabila mereka tidak melakukan plagiarisme pada karya tersebut.
- Pimpinan perguruan tinggi wajib mengunggah semua bentuk karya ilmiah yang ada dalam lingkup kampus melalui portal yang sudah ditentukan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi
Jenis Plagiarisme
Setelah memahami apa itu plagiarisme, saatnya mencari tahu apa saja kategori plagiarisme berdasarkan jumlah plagiasi yang ditemukan.
1. Plagiarisme Ringan
Jenis plagiarisme yang pertama adalah kategori ringan. Apabila dilakukan pengecekan menggunakan aplikasi Turnitin ataupun Plagiarism Checker, tingkat tulisan yang sama mencapai 30%. Pada angka tersebut, seseorang biasanya menggabungkan potongan-potongan teks atau ide dari beberapa sumber tanpa mencantumkan sumber aslinya. Meski hanya sebagian dari teks yang disalin, tetap saja ini termasuk plagiarisme karena tidak ada atribusi yang diberikan.
2. Plagiarisme Sedang
Seseorang dapat dikategorikan melakukan plagiarisme sedang ketika angka plagiat menunjukkan nilai lebih dari 30-50%. Jenis plagiarisme seperti ini tergolong fatal, sehingga orang tersebut harus segara mengganti tulisannya hingga tidak ada plagiarisme yang terdeteksi.
3. Plagiarisme Berat
Plagiarisme berat adalah saat mereka menjiplak keseluruhan karya seni seseorang. Bila ditulis dalam angka, tingkat plagiat yang dilakukan lebih dari 50% dan hal ini tentu sudah tidak bisa ditolerir lagi karena menyangkut pelanggaran hak cipta.
Kasus plagiarisme di Indonesia sendiri sudah marak terjadi dalam satu dekade belakangan. Para pelaku plagiarisme yang ada pun tak hanya dari golongan mahasiswa, namun para akademisi di berbagai perguruan tinggi. Ada berbagai nama akademisi yang akhirnya tercoreng akibat kasus plagiarisme yang mereka lakukan pada karya tertulis.
Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus dari tiga karya ilmiah Muhammad Zamrun Firihu selaku Rektor Universitas Halu Oleo di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kasus ini terjadi sekitar tahun 2018 di mana ia melakukan plagiarisme tiga jurnal internasional dengan total kesamaan lebih dari 78%.
Hasil analisis tersebut adalah temuan dari 30 besar Universitas Halu Oleo dan sosok Muhammad Zamrun Firihu terjerat pelanggaran etik oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
7 Tips dan Cara Menghindari Plagiarisme pada Artikel hingga Jurnal
Agar kamu terhindari dari karya yang plagiat, terdapat beberapa tips dan cara menghindari plagiarisme Turnitin atau aplikasi lainnya. Saatnya simak informasi di bawah ini hingga akhir!
1. Buat Struktur Penulisan yang Jelas
Struktur penulisan yang jelas membantu kita dalam menyusun setiap ide yang akan dikeluarkan dalam karya tulis maupun artikel. Jangan lupa untuk menandai sumber-sumber yang masuk ke dalam tulisan kita dengan memberikan kredit. Tanda seseorang menulis struktur penulisan yang baik adalah terdapat subjudul yang jelas, topik yang ditulis tidak berulang-ulang, serta menggunakan tanda ejaan yang sesuai PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).
2. Hindari Pengulangan Kalimat
Pengulangan kalimat adalah indikasi pertama bagi seseorang yang melakukan plagiarisme. Gunakan kalimat yang sesuai dengan topik yang dibahas menjadi salah satu cara menghindari plagiarisme. Memiliki penulisan dengan alur yang jelas tentu akan sangat membantu kita dalam membuat tulisan yang runtut dan mudah dibaca oleh orang lain.
Pengulangan pada kalimat juga mengindikasikan bahwa seseorang kekurangan kreativitas serta originalitas pada penulisannya. Alhasil, tidak ada sudut pandang baru dalam penulisan selanjutnya dan cenderung membosankan untuk dibaca.
3. Menyusun Daftar Referensi yang Akurat
Pada penulisan karya tulis ilmiah, penyusunan daftar referensi menjadi hal yang krusial. Secara teori terdapat berbagai jenis gaya sitasi yang bisa diikuti mulai dari American Psychological Association, Harvard, maupun Modern Language Association. Untuk setiap sumber yang kita gunakan, pastikan terapat berbagai informasi seperti:
- Nama penulis
- Judul buku atau artikel
- Nama jurnal atau penerbit
- Tanggal publikasi
- Nomor volume dan edisi (jika ada)
- Halaman yang dirujuk
- URL (untuk sumber online)
Daftar referensi pada karya ilmiah harus disusun secara alfabetis berdasarkan nama belakang penulis pertama. Namun, hal ini kembali lagi pada pedoman penulisan yang kita pegang.
4. Menulis dengan Gaya Sendiri
Kunci utama dari sebuah originalitas karya adalah menulis dengan gaya bahasa sendiri. Setiap orang tentu memiliki gaya penulisan yang berbeda dalam berbagai karya. Hal inilah yang membentuk sebuah keunikan serta karakteristik pada penulisan yang kita buat. Sebagai cara menghindari plagiarisme dalam penulisan yang paling ampuh, kita bisa menyisipkan opini pribadi yang independen dan juga relevan pada tulisan.
Di samping itu, menulis dengan gaya kita sendiri akan memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar. Kita bisa dengan bebas untuk berekspresi dan menuangkan semua ide-ide yang mencerminkan kepirbadian kita. Karya yang ditulis pun bersifat original sehingga bisa menjadi inspirasi untuk orang lain.
5. Mengikuti Pedoman Penulisan Jurnal
Dalam penulisan karya ilmiah seperti jurnal, setiap institusi maupun lembaga pasti memiliki pedoman penulisan mereka masing-masing. Mengikuti pedoman tersebut secara tidak langsung adalah cara menghindari plagiarisme pada tulisan. Pedoman penulisan biasanya mencakup instruksi tentang bagaimana menjelaskan metode penelitian secara rinci.
Selain itu, pedoman penulisan membantu menstandarkan format dan gaya penulisan, sehingga pembaca terbiasa dengan format tertentu dan dapat dengan mudah menemukan informasi yang mereka cari. Setiap pedoman pasti sudah memiliki aturan pasti mengenai penulisan kutipan, parafrase, dan referensi dicantumkan.
6. Gunakan Aplikasi Cek Plagiarisme
Tindakan preventif untuk mencegah tulisan kita terkena plagiarisme adalah mengeceknya melalui aplikasi. Saat ini kita dimudahkan dengan banyaknya pilihan aplikasi cek plagiarisme yang bisa dicoba secara gratis maupun berbayar. Dari sekian banyaknya aplikasi yang ada, hanya ada beberapa yang paling populer berkat akurasinya yang tinggi dan juga informasi yang diberikan sangatlah jelas. Berikut adalah beberapa aplikasi yang bisa dicoba:
- Turnitin: Aplikasi yang satu ini merupakan aplikasi cek plagiat yang digunakan pada sektor akademik. Nantinya aplikasi ini akan menunjukkan seberapa orisinalitas tulisan yang kamu buat sehingga tidak memiliki kesamaan dengan berbagai dokumen yang ada di internet, buku, ataupun jurnal. Sayangnya aplikasi ini berbayar dengan harga yang relatif mahal.
- Duplichecker: Kita bisa menggunakan Duplichecker untuk mencari tahu seberapa besar angka duplikasi yang ada dalam tulisan kita. Tak perlu khawatir, aplikasi ini bisa digunakan secara gratis dengan ketentuan maksimal 1,000 kata per satu kali pengecekan.
- Grammarly: Tidak hanya berfungsi sebagai penyempurna ejaan dalam bahasa Inggris, siapa sangka Grammarly juga memiliki aplikasi cek plagiarisme. Meskipun berbayar, fitur yang dimiliki Grammarly ini tentu sangat membantu apabila kita ingin menerbitkan jurnal internasional dengan jangkauan audiens yang besar.
7. Parafrase Kalimat yang Ditulis
Dalam melakukan parafrase kalimat yang ditulis, kita harus menonjolkan gaya penulisan sendiri agar terbebas dari plagiarisme. Ada berbagai gaya penulisan yang bisa kita coba, seperti:
- Deskriptif: Penulisan dengan mendeskripsikan sebuah peristiwa, objek, maupun tempat secara rinci. Tipe tulisan ini biasa ditemukan pada novel ataupun karya fiksi lainnya untuk memberikan gambaran pada pembaca mengenai situasi yang terjadi.
- Naratif: Gaya penulisan naratif merupakan cara seseorang menceritakan sebuah kejadian ataupun peristiwa. Teks berupa narasi biasanya digunakan oleh narator, MC, dan sejenisnya untuk menyampaikan kata-kata secara langsung.
- Ekspositori: Jenis gaya penulisan berikutnya adalah ekspositori yang bertujuan untuk menjelaskan tentang sebuah topik secara objektif dan jelas.
- Persuasif: Tipe penulisan persuasif ditujukan untuk meyakinkan pembaca mengenai sebuah pandangan ataupun opini. Biasanya kita bisa menemukan tipe tulisan ini melalui opini, iklan, artikel, dan juga esai.
Nah, setelah memahami berbagai cara menghindari plagiarisme turnitin di atas kita jadi paham bahwa peran parafrase dan juga penulisan dengan gaya sendiri sangatlah penting. Parafrase pun tak bisa dilakukan sembarangan karena ada berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam penulisan.
Bila kamu tak ingin kerepotan dalam melakukan parafrase dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, saatnya Xerpihan yang melakukannya untukmu! Xerpihan memiliki layanan untuk parafrase kalimat sehingga bisa membuat tulisanmu jadi lebih rapi, menarik, dan mengurangi kesalahan penulisan.
Mengapa harus parafrase dengan Xerpihan?
- Harga lebih terjangkau dan sangat cocok untuk berbagai kebutuhan penulisan mulai dari hiburan, profesional, hingga ilmiah.
- Jaminan kerahasiaan seluruh data yang terdapat dalam video dalam Non-Disclosure Agreement.
- Dipercaya lebih dari 1,000 klien mulai dari institusi hingga korporasi ternama di Indonesia.
Yuk, konsultasikan kebutuhan tulisanmu sekarang bersama Xerpihan!